Pernah gak sih kamu ngerasa udah presentasi panjang, udah jelasin semua fitur produk, udah kasih harga promo, tapi pelanggan tetap bilang, “Saya pikir-pikir dulu deh…”?
Kalau pernah, tenang — kamu gak sendirian. Banyak crew kita ngalamin hal yang sama.
Masalahnya bukan di cara ngomongmu, atau di produk kita.
Sering kali, masalahnya adalah kita terlalu fokus jualan barang, padahal pelanggan gak sedang butuh barang. Mereka sedang butuh solusi.
Analogi Sederhana: Payung
Bayangkan kamu jualan payung.
Kamu bilang:
“Ini payungnya kuat, lipatannya tiga, gagangnya stainless, warna hitam elegan.”
Tapi pelanggan cuma mikir,
“Saya cuma gak mau kehujanan pas pulang kantor.”
Dia gak butuh fitur — dia butuh perlindungan.
Dan di situlah kekuatan sebenarnya dari pendekatan solusi.
Dari Barang ke Makna
Kita di Masindo gak cuma jual kacamata, frame, atau lensa.
Kita sedang bantu:
Kita sedang jual kenyamanan, kejelasan, kepercayaan diri.
Dan itu gak bisa dikalahkan sama harga.
Ubah Cara Pikir, Ubah Hasil
Coba mulai dengan pola pikir ini:
Bukan “Saya harus menjual hari ini”
Tapi: “Saya harus bantu orang hari ini.”
Bukan “Saya harus push produk ini”
Tapi: “Saya harus dengarkan dulu mereka butuh apa.”
Bukan “Produk ini bagus karena…”
Tapi: “Produk ini cocok buat Ibu karena…”
Karena waktu kamu tulus bantu, closing itu jadi efek samping.
Dan efek samping yang paling enak itu namanya: omzet naik.
Studi Singkat: Teori Nilai Manfaat
Dalam ilmu bisnis, ini dikenal sebagai Value-Based Selling: menjual berdasarkan nilai manfaat, bukan fitur.
Pelanggan tidak membayar karena produkmu canggih. Mereka membayar karena produkmu membantu hidup mereka jadi lebih baik.
Tips untuk Crew di Lapangan
1. Tanya sebelum bicara.
“Ibu sehari-hari banyak di luar atau di dalam ruangan?”
Ini bikin kamu bisa kasih saran yang tepat.
2. Ucapkan manfaat, bukan fitur.
Ganti
“Lensa ini photochromic”
jadi
“Ini bisa gelap kalau kena matahari, jadi Ibu gak silau.”
3. Cerita lebih kuat dari brosur.
Ceritakan pengalaman pelanggan lain yang puas. Itu bikin mereka bisa ngebayangin hasilnya.
4. Follow-up dengan niat bantu, bukan maksa.
Kadang “udah cocok tapi belum siap beli” itu butuh didorong dengan reminder yang empati, bukan sales pitch.
Di dunia yang penuh promosi, yang paling menonjol bukan yang paling keras suaranya — tapi yang paling tulus bantuannya.
Kita bukan sales biasa.
Kita adalah pemberi solusi, penyambung rasa aman, penolong penglihatan, pembawa senyum pelanggan.
Dan itulah kenapa kamu di sini.
Bukan sekadar jualan. Tapi jadi alasan kenapa orang bilang: “Untung ketemu kamu waktu itu.”